Sabtu, 10 November 2012

Membongkar Koleksi Dusta Syaikh Idahram 11 - SEJARAH DUSTA VERSI IDAHRAM


Print
WAHABI MEMBUNUH RIBUAN UMAT ISLAM DI THAIF

Idahram berkata, "Salafy Wahaby juga menyerang dan memberangus kota Thaif dengan alasan membebaskannya dari kemusyrikan. Penyerangan ini terjadi pada bulan Dzulqa'dah tahun 1217 Hijriah bertepatan dengan tahun1803 Masehi. Ketika itu kota Thaif berada di bawah pemerintahan as-Syarif Ghalib, gubernur kota Mekah. Padahal sebelumnya, antara as-Syarif Ghalib dan sekte Wahabi telah menjalin kesepakatan, namun mereka melanggarnya. . .

Di kota itu, mereka membunuh ribuan penduduk sipil, termasuk wanita dan anak-anak. Yang paling biadab, mereka turut menyembelih bayi yang masih di pangkuan ibunya dan wanita-wanita hamil, sehingga tiada seorang pun yang terlepas dari kekejaman wahabi" (Muhammad Muhsin al-Amiin ; Kasy al-Irtiyaab h. 18), demikian perkataan idahram dalam bukunya hal 77
Idahram juga berkata, "Maka, pada bulan Muharram 1248 H, Wahabi berhasil memasuki kota Mekah dan menetap di sana selama 14 hari. Dalam tempo masa inilah mereka melakukan perusakan dan membuat ketetapan tentang larangan menziarahi makam para nabi dan orang-orang shaleh" (Rujuk fakta sejarah tersebut dalam kitab berjudul Kasyf al-Irtiyab hal 18 karya Muhammad Muhsin Al-Amiin), demikian perkataan Idahram dalam kitabnya hal 78

Idahram juga menukil perkatan Ahmad Zaini Dahlan :
"Ketika memasuki Thaif, salafy wahabi melakukan pembunuhan secara menyeluruh, termasuk tua renta, tokoh masyarakat dan pemimpinnya, membunuh golongan syarif (ahlul bait), dan rakyat biasa. Mereka menyembelih hidup-hidup bayi-bayi yang masih menyusu di pangkuan ibunya, membunuh umat di dalam rumah dan kedai-kedai kecil. Apabila mereka mendapati satu jama'ah umat Islam mengadakan pengajian al-Qur'an, maka mereka bersegera untuk membunuhnya sehingga tiada lagi yang tinggal di kalangan mereka. Kemudian mereka masuk ke mesjid-mesjid. Di situ mereka membunuhi orang-orang yang sedang rukuk atau sujud, merampas uang dan harta mereka. Lalu mereka menginjak-nginjak mushaf al-Qur'an dengan kaki-kaki mereka, termasuk kitab-kitab Imam Al-Bukhari, Muslim, kitab Fikih, nahwu, dan kitab-kitab lainnya setelah mereka merobek-robek dan menebarkannya di jalan-jalan, gang-gang dan kawasan tanah rendah…." (Ahmad Zaini Dahlan : Umara al-Balad al-Haram, ad-Dar al-Muttahidah lin-Nasyr, hal 297-298), sebagaimana dinukil oleh idahram dalam bukunya hal 79.

Demikianlah Idahram menukil dari dua buku, yang pertama buku Kasyf al-irtiyaab karangan seorang syi'ah Rofidhoh yang bernama Muhsin Al-Amiin, dan yang kedua dari buku Umaroo al-Balad al-Haram, karangan Ahmad Zaini Dahlan, yaitu seorang yang sangat benci kepada kaum salafy wahabi sehingga menjadikannya nekat untuk berdusta.

Kamis, 01 November 2012

Al-Qonun Al-Kully (Undang-Undang Universal : Mendahulukan Akal Daripada Dalil)

Print
Ahlus Sunnah wal Jama'ah menjadikan wahyu al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai cahaya yang menyinari jalan yang mereka tempuh. Hati, perasaan, akal, dan pikiran mereka tundukan di bawah naungan cahaya wahyu tersebut.

Jumat, 05 Oktober 2012

Membongkar Koleksi Dusta Syaikh Idahram 6 - CIRI-CIRI KHAWARIJ YANG DIPAKSAKAN OLEH idahram HARUS COCOK DENGAN CIRI-CIRI KAUM SALAFY WAHABI

Print

CIRI-CIRI KHAWARIJ YANG DIPAKSAKAN OLEH idahram HARUS COCOK DENGAN CIRI-CIRI KAUM SALAFY WAHABI

PERTAMA : Sabda Nabi tentang sifat khawarij "Kaum Yang Muda Usianya"
Idahram berkata :
((Usia kaum itu "berumur muda"

Poin ini bisa memiliki banyak maksud, diantaranya adalah (*1) usia pergerakan dakwahnya masih muda, atau (*2) ajaran yang dibawanya adalah ajaran muda (baru) yang tidak sama dengan sekte-sekte sebelumnya. (*3) Atau ilmunya sedikit dan belum matang sehingga dikatakan masih muda. (*4) Atau cara berpikirnya pendek dan sempit disebabkan oleh pengalamannya yang masih muda.

Semua kriteria ini bisa masuk ke dalam sekte wahabi)). Demikian perkataan Idahram dalam bukunya hal 143.


Bantahan terhadap igauan Idahram ini dari 2 sisi :

Pertama : Igauan Idahram menyelishi tafsiran para ulama.

Kalau kita kembali kepada para ulama yang menjelaskan sabda Nabi "Kaum yang muda usianya", maka akan kita dapati bahwa seluruh ulama sepakat bahwa maksudnya adalah "berusia muda", yaitu kaum khawarij pengikutnya adalah para pemuda.

Ibnu Hajar berkata:

"Dan Al-Asnaan adalah jamak (plural) dari kata tunggal sin, dan maksudnya adalah umur/usia, dan maksudnya bahwasanya khawarij itu para pemuda" (Fathul Baari 12/287). Dan para ulama telah sepakat dengan tafsiran ini karena itulah makna dzohir/lahiriah dari lafal hadits ini. Lihat juga penjelasan Imam An-Nawawi di Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim (7/160), Al-Qoodhi 'Iyaadh Al-Maliki di Masyaariqul Anwaar 'alaa Sihaah Al-Atsar (1/183), Al-Qostholaani di Irsyaad As-Saari (10/171), Al-Munaawi As-Syafii di Faidul Qodiir (4/226), Al-'Adziim Aabadi di 'Aunul Ma'buud (13/80), Al-Mubaarokfuuri di Tuhfatul Ahwadzi (6/353).

Tidak seorangpun dari mereka yang menafsirkan makna "kaum berumur muda" dengan 4 tafsiran yang disebutkan oleh Idahram. Saya tidak tahu Idahram ini mengambil tafsiran lafal hadits dari mana?? Apakah karangan ia sendiri??!!!.

Selasa, 04 September 2012

ULAMA SYAFI'IYAH MENGINGKARI BID'AH


Print
Sebagian ulama Syafi'iyah yang memandang adanya bid'ah hasanah, ternyata dikenal membantah bid'ah-bid'ah yang dianggap hasanah. Yang hal ini semakin menunjukan bahwa yang dimaksud oleh mereka dengan bid'ah hasanah adalah maslahah mursalah (silahkan baca kembali artikel Syubhat-Syubhat Para Pendukung Bid'ah Hasanah)

          Semakin memperkuat bahwa yang dimaksud oleh para ulama syafi'iyah dengan bid'ah hasanah adalah maslahah mursalah, ternyata kita mendapati mereka keras mengingkari perkara-perkara yang dianggap oleh masyarakat sebagai bid'ah hasanah

A.   Pengingkaran Al-Izz bin Abdis Salam terhadap perkara-perkara yang dianggap bid'ah hasanah
Beliau dikenal dengan orang yang keras membantah bid'ah-bid'ah yang disebut-sebut sebagai bid'ah hasanah. Diantara perkara-perkara yang diingkari tersebut adalah bersalam-salaman setelah sholat, sholat roghoib, sholat nishfu sya'ban, mengusap wajah selesai doa, mengirim pahala bacaan qur'an bagi mayat, dan mentalqin mayat setelah dikubur.

Berkata Abu Syamah (salah seorang murid Al-'Iz bin Abdissalam),

"Beliau (Al-'Iz bin Abdissalam) adalah orang yang paling berhak untuk berkhutbah dan menjadi imam, beliau menghilangkan banyak bid'ah yang dilakukan oleh para khatib seperti menancapkan pedang di atas mimbar dan yang lainnya. Beliau juga membantah sholat rogoib dan sholat nishfu sya'ban dan melarang kedua sholat tersebut" (Tobaqoot Asy-Syafi'iah al-Kubro karya As-Subki 8/210, pada biografi Al-'Iz bin Abdissalam)

Beliau ditanya : Berjabat tangan setelah sholat subuh dan ashar hukumnya mustahab atau tidak? Doa setelah salam dari seluruh sholat mustahab bagi imam atau tidak? Jika engkau berkata hukumnya mustahab maka (tatkala berdoa) sang imam balik mengahadap para makmum dan membelakangi kiblat atau tetap menghadap kiblat?...

Minggu, 29 Juli 2012

Download Audio: Bersikap Bijak Pada Ajaran WALI SONGO

Download Audio: Bersikap Bijak Pada Ajaran WALI SONGO (Ustadz Abu Ahmad Zainal Abidin, Lc) (Bekasi, 29 Juli 2012) (Bagus!!!)


Alhamdulillah berikut kami hadirkan rekaman kajian umum “Tabligh Akbar Ramadhan 1433H” bersama Al-Ustadz Abu Ahmad Zainal Abidin, Lc diselenggarakan di Masjid Jami’ Amar Ma’ruf Bulak Kapal, Bekasi Timur. Pada hari Ahad, 9 Ramadhan 1433H / 29 Juli 2012 kemarin.
Tema yang disampikan ” Bersikap Bijak Pada Ajaran Wali Songo “ (Merujuk kitab “Kropak Farara” buah pena Sunan Bonang).

Rabu, 04 Juli 2012

Download Rekaman Dauroh Ustadz Badrusalam, Lc di Medan, 03-04 Maret 2012

Download Rekaman Dauroh Ustadz Badrusalam, Lc di Medan, 03-04 Maret 2012 [ Keutamaan Tauhid Di Masa Sulit - Membangun Rumah Di Surga - Akibat Buruk Perbuatan Maksiat ]

Alhamdulillah, berikut ini kami hadirkan rekaman dauroh Ustadz Badrusalam, Lc  yang diselenggarakan dibeberapa masjid di Medan pada tgl. 03 – 04 Maret 2012
Hari: Sabtu, 03 Maret 2012
Waktu: Ba’da Maghrib
Tempat: Masjid Mukhlisin, Jl. Karya Jaya gang Eka Wali Pribadi, Medan Johor
Download: Keutamaan Tauhid Di Masa Sulit.mp3
Hari: Ahad, 04 Maret 2012
Waktu: 10.00 – 15.00 WIB
Tempat: Masjid Al Jihad, Jl. Abdullah Lubis Medan
Download: Membangun Rumah Di Surga.mp3
Hari: Ahad, 04 Maret 2012
Tema: Akibat Buruk Perbuatan Maksiat
Waktu: Ba’da Maghrib
Tempat: Masjid Abu Bakar Ash Shiddiq, Jl. Jati Sei Mencirim Pasar IV Simpang Lowok, Deli Serdang
Download: Materi | Tanya Jawab
Semoga bermanfaat.
Sumber: Sabilurrasyaad Medanhttp://moslemsunnah.wordpress.com

Senin, 13 Februari 2012

DIALOG ASWAJA - SYIAH vs WAHABI tentang BID'AH HASANAH


Aswaja : Hari ini 12 rabiul awwal sungguh aku sangat bahagia loh….

Syiah
: Emang lu kenape?, kemarin-kemarin kurang bahagia?

Aswaja : Kagak gitu bro, hari ini gua ngerayain hari maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Gua sangat gembira dengan hari lahirnya nabi

Syi’ah
: Kalau gua …..gua sangat sedih pas hari 10 Muharram lalu….hik hik hik…jadi nangis gua ngingatnya…hik

Aswaja : Emang kenapa lu nangis??!

Syi’ah
: Soalnya hari itu hari terbunuhnya Husain bin Ali bin Abi Tholib, kami kerukunan warga syi’ah memperingati hari tersebut dengan hari ratapan. Bahkan sebagian kami sampai memukulkan pedang di tubuh kami sehingga mengeluarkan darah.

Aswaja : Loh…lu lu kok pada ngeri buanget sih…sampai acara melukai tubuh segala. Emang itu disyari’atkan?, setahu ku aswaja tidak melakukannya

Syi’ah : Jelas sangat disyari’atkan…., bukankah kalian keluarga aswaja juga sangat cinta kepada Husain?, apakah kalian tidak bersedih dengan terbunuhnya Husain secara tragis pada tanggal 10 Muharrom?

Aswaja : Iya ….kami jelas sangat cinta pada Husain…tapikan acara seperti yang kalian lakukan itu tidak ada syari’atnya??

Syi’ah : Justru sangat disyari’atkan sebagai bentuk bela sungkawa dan turut berduka cita atas kematian Husain. Sekali lagi…kalau kalian mengaku cinta kepada Husain mestinya lu lu pade semuanya juga ikut berpartisipasi meramaikan acara kami. Kalau kalian tidak ikut berpartisipasi maka pengakuan kalian mencintai Husain hanyalah OMONG KOSONG BELAKA !!!!

Aswaja : Kok bisa begitu???, Kan Para sahabat tidak pernah melakukannya?, kan Nabi tidak pernah menganjurkannya??, kan tidak pernah dilakukan oleh orang-orang sholeh terdahulu !!!

Syi’ah : Meskipun tidak pernah dicontohkan Nabi tapi kan yang penting baik?? Bisa menambah kecintaan kita kepada cucu Nabi yaitu Husain !!!. Loh kalian juga kenapa ngadain acara mauludan? Wong Nabi juga tidak pernah ngadain mauludan?

Aswaja : Memang sih…tapi kan itu baik sekali?, acara mauludan kan bisa menambahkan kecintaan kepada Nabi?

Syi’ah : Lah sama saja dengan kita-kita dong….wong kita juga ngadain acara ratapan pada 10 Muharrom kan juga menambahkan rasa cinta kepada Husain

Aswaja : Tapi cara kalian buruk, pake acara mukul-mukul badan segala?, sampai darah lagi?

Syi’ah : loh…buruk itu menurut lu…menurut gua sangat baik…justru dengan seperti itu semakin mendalam kecintaan kami kepada Husain…semakin kami merasakan derita yang dirasakan Husain dan keluarganya.

Loh kalian juga merayakan maulud Nabi, kan itu buruk, karena harus mengeluarkan biaya, kadang campur laki-laki perempuan, dll?

Aswaja : loh itu buruk menurut lu pade, tapi menurut kami justru itu sebagai indikasi dan barometer rasa kecintaan kepada kanjeng Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Syi’ah : Wah kita kagak usah ribut deh…kita ternyata sama loh….

Aswaja : Sama apaan?

Syi’ah : Banyak kesamaan kita :

-         Pertama : Acara mauludan dan acara ratapan 10 Muharam sama-sama tidak ada contohnya dari Nabi.

-         Kedua : Acara perayaan ini sama-sama dibangun karena rasa cinta kepada Nabi atau kepada Husain.

-         Ketiga : acara ini sama-sama mendatangkan kebaikan, meskipun kebaikannya sih bersifat relatif. Yang penting sih baik menurut masing-masing yang merayakannya.

Aswaja : Betul betul betul…tapi….tuh orang-orang wahabi ngatain acara-acara kita ini acara bid’ah??

Syi’ah
: Biarin aja mereka-mereka kaum wahabi…toh bid’ah kita kan bid’ah hasanah

Aswaja : Betul…betul…betul…ternyata kita sepakat dalam perkara yang sangat penting, yaitu semua perkara yang kita anggap baik (meskipun dianggap jelek oleh orang/pihak) lain, serta meskipun tidak pernah dilakukan dan dianjurkan oleh Nabi maka itu adalah bid’ah hasanah sangat dianjurkan.



WAHABI : Wahai akhi aswaja…tidakkah lu tahu bahwasanya mauludan itu mengakibatkan banyak kemudhorotan??!, diantaranya :

-         Pertama : Tanggal kelahiran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masih diperselisihkan, akan tetapi hampir merupakan kesepakatan para ulama bahwasanya Nabi meninggal pada tanggal 12 Rabi'ul awwal. Oleh karenanya pada hekekatnya perayaan dan bersenang-senang pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal merupakan perayaan dan bersenang-senang dengan kematian Nabi

-         Kedua : Acara perayaan kelahiran Nabi pada hakekatnya tasyabbuh (meniru-niru) perayaan hari kelahiran Nabi Isa yang dilakukan oleh kaum Nashrani. Padahal Nabi bersabda مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ "Barangsiapa yang meniru-niru suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut"

-         Ketiga : Kelaziman dari diperbolehkannya merayakan hari kelahiran Nabi adalah diperbolehkan pula merayakan hari kelahiran Nabi-Nabi yang lain, diantaranya merayakan hari kelahiran Nabi Isa. Jika perkaranya demikian maka sangat dianjurkan bahkan disunnahkan bagi kaum muslimin untuk turut merayakan hari natal bersama kaum Nashrani

-         Keempat : Bukankah dalam perayaan maulid Nabi terkadang terdapat kemungkaran, seperti ikhtilat antara para wanita dan lelaki?, bahkan di sebagian Negara dilaksanakan acara joget dengan menggunakan music?, bahkan juga dalam sebagian acara maulid ada nilai khurofatnya dimana sebagian orang meyakini bahwa Nabi ikut hadir dalam acara tersebut, sehingga ada acara berdiri menyambut kedatangan Nabi. Bahkan dalam sebagian acara maulid dilantunkan syai'ir-sya'ir pujian kepada Nabi yang terkadang berlebih-lebihan dan mengandung unsur kesyirikan

-         Kelima : Acara perayaan maulid Nabi ini dijadikan sarana oleh para pelaku maksiat untuk menunjukkan kecintaan mereka kepada Nabi. Sehingga tidak jarang acara perayaan maulid Nabi didukung oleh para artis –yang suka membuka aurot mereka-, dan juga dihadiri oleh para pelaku maksiat. Karena mereka menemukan sarana untuk menunjukkan rasa cinta mereka kepada Nabi yang sesuai dengan selera mereka. Akhirnya sunnah-sunnah Nabi yang asli yang prakteknya merupakan bukti kecintaan yang hakiki kepada Nabipun ditinggalkan oleh mereka. Jika diadakan perayaan maulid Nabi di malam hari maka pada pagi harinya tatkala sholat subuh maka mesjidpun sepi. Hal ini mirip dengan perayaan isroo mi'rooj yang dilakukan dalam rangka mengingat kembali hikmah dari isroo mi'rooj Nabi adalah untuk menerima perintah sholat lima waktu. Akan tetapi kenyataannya betapa banyak orang yang melaksanakan perayaan isroo' mi'rooj yang tidak mengagungkan sholat lima waktu, bahkan tidak sholat sama sekali. Demikian juga perayaan nuzuulul qur'an adalah untuk memperingati hari turunnya Al-Qur'aan akan tetapi kenyataannya betapa banyak orang yang semangat melakukan acara nuzulul qur'an ternyata tidak perhatian dengan Al-Qur'an, tidak berusaha menghapal Al-Qur'an, bahkan yang dihafalkan adalah lagu-lagu dan musik-musik yang merupakan seruling syaitan

-         Keenam : Kelaziman dari dibolehkannya perayaan maulid Nabi maka berarti dibolehkan juga perayaan-perayaan yang lain seperti perayaan isroo' mi'rooj, perayaan nuzuulul qur'aan dan yang lainnya. Dan hal ini tentu akan membuka peluang untuk merayakan acara-acara yang lain, seperti perayaan hari perang badr, acara memperingati hari perang Uhud, perang Khondaq, acara memperingati Hijrohnya Nabi, acara memperingati hari Fathu Mekah, acara memperingati hari dibangunnya mesjid Quba, dan acara-acara peringatan yang lainnya. Hal ini tentu akan sangat menyibukkan kaum muslimin. (lihat kembali : http://firanda.com/index.php/artikel/manhaj/92-semua-bidah-adalah-kesesatan)

Adapun anda akhi syi’ah tahukah anda bahwa perbuatan anda meratapi hari kematian Husain itu mengandung kemudhorotan, diantaranya :

-         Pertama : Hal ini bertentangan dengan al-quran dan hadits-hadits Nabi yang memerintahkan kita untuk bersabar tatkala menghadapi musibah dan menyerahkan semuanya kepada Allah.

-         Kedua : Juga bertentangan dengan hadits-hadits yang melarang merobek-robek baju dan menampar-nampar pipi tatkala terjadi musibah

-         Ketiga : Acara seperti ini bertentangan dengan sunnah Nabi yang menganjurkan kita untuk berpuasa pada tanggal 10 muharrom

-         Keempat : Metode seperti ini menjadikan kaum non muslim semakin benci dan antipati kepada Islam jika Islam modelnya seperti ini



Syi’ah & Aswaja (kompak) : Waaah itu buruk menurut kamu wahai bang wahabi…menurut kami kerukunan warga aswaja mauludan itu baik dan menurut syi’ah acara 10 muharrom itu baik

Wahabi : Kalau begitu yang menjadikan patokan untuk menentukan baik buruknya perkara siapa dong?. Bukankah aswaja memandang acara memukul-mukul tubuh pada 10 muharrom itu merupakan perkara yang buruk.

Syi’ah
: Yaaa… masing-masing berjalan menurut perasaannya !!!

Wahabi : Kalau tidak ada yang menjadi patokan untuk menentukan kebaikan maka seluruh kelompok sesat dalam barisan kaum muslimin harus kita terima, karena setiap kelompok memandang baik bid’ah yang mereka ada-adakan. Thoriqoh At-Tijaaniyah, memandang thoriqoh merekalah yang terbaik…, toriqoh As-Syadziliyah Al-Qoodiriyah yang beribadah sambil joget juga memandang bid'ah mereka yang terbaik? (lihat : http://www.youtube.com/watch?v=E0nKMIHA0kA&feature=player_embedded), wihdatul wujud memandang aqidah merekalah yang terbaik…, bahkan Ahmadiah memandang bid’ah mereka di atas kebaikan.

Terus kaum wahabi yang kalian anggap sesat juga memandang apa yang mereka dakwahkan (mengembalikan kaum muslimin kepada pemahaman para sahabat) adalah yang terbaik. Jika masing berhak menentukan penilaian baik maka semua kelompok dan sekte agama adalah baik. Padahal kelompok-kelompok tersebut saling berseteru. Maka membenarkan semua bid'ah hasanah mereka melazimkan berkumpulnya dua hal yang saling bertentangan…. Seperti berkumpulnya timur dan barat, utara dan selatan !!.

Bukankah Aswaja menganggap sikap syi'ah yang mengkafirkan para sahabat merupakan bid'ah yang buruk??!!

Aswaja : Yaa itu benar…mengkafirkan Abu Bakar, Umar, Utsman, dan para sahabat adalah bid'ah yang buruk dan tercela..

Syi'ah
: Tunggu dulu akhi aswaja…itu sih menurutmu, adapun menurut kami kerukunan warga Syi'ah maka mengkafirkan para sahabat merupakan bid'ah hasanah, karena mengkafirkan para sahabat Nabi merupakan bentuk pembelaan dan kecintaan kepada Ahlul Bait, pembelaan kepada Ali bin Abi Tholib dan keturunannya yang berhak memegang tampuk kepemimpinan. Hanya saja Abu Bakar dan Umar tamak dan rakus terhadap kepemimpinan dan telah berkhianat terhadap washiat Rasulullah !!!.

Syi'ah : akhi aswaja…saya harap anda menghormati pendapat dan aqidah kami kerukunan warga syi'ah yang mengkafirkan para sahabat. Bukankah para pimpinan kalian juga toleransi dengan aqidah kami ini??. Jangankan toleransi terhadap kami warga syi'ah…bukankah para pemimpin kalian juga toleransi terhadap kaum nasharani yang merayakan hari kelahiran Tuhan mereka??, jangan lupa ini akhi aswaja !!!

Aswaja : iya..iyaa..betul..betul…hampir-hampir aku terhasut oleh tipuan si bang wahabi !!! salam sejahtera wahai akhi syi'ah.

Wahabi : Akhi aswaja…jangan lupa mereka warga syi'ah juga memiliki perayaan-perayaan yang lain, mereka juga merayakan hari meninggalnya ibu kita Aisyah radhiallahu 'anhaa dengan menyatakan bahwa Aisyah seorang pezina…Aisyah masuk neraka…?? (lihat : http://www.youtube.com/watch?v=yRyqscRd6aY&feature=related), apakah engkau tidak marah dengan sikap mereka itu??. Jangan lupa juga akhi aswaja…mereka kaum syiah juga merayakan hari meninggalnya Umar bin Al-Khottoob radhiallahu 'anhu, mereka gembira dengan wafatnya Umar, bahkan mereka memuja-muja Abu Lu'lu' yang telah membunuh Umar? (lihat : http://www.alserdaab.org/articles.aspx?article_no=732), apakah engkau sebagai anggota kerukunan warga aswaja masih menghormati pendapat syi'ah??

Aswaja : Wah…gua bingung jadinya…

Syi'ah
: Akhi Aswaja…jangan kau terpedaya dengan igauan bang wahabi…, perayaan-perayaan tersebut menurut kami adalah bid'ah hasanah. Ingatlah kesamaan kita banyak…ingat kita harus toleransi…ingat bahwa wahabi adalah musuh kita bersama !!!!

Aswaja : Ya..ya.. akhi syi'ah..bagaimanapun kita sama…dan banyak samanya…terutama dalam masalah bid'ah hasanah…. Syukron atas peringatannya….kita harus bersepakat untuk memusuhi wahabi…sekali lagi kita harus bersepakat. Jangan sampai kita termakan hasutan para wahabi !!!

Wahabi : Yaa sudah kalau begitu….semoga Allah memberi hidayah kepada kalian suatu hari. Aaamiiin

Sumber : firanda.com

ASWAJA SUFI MENIRU-NIRU SYIAH..?? ATAUKAH SEBALIKNYA..??!!



(studi banding antara aqidah tokoh syi'ah :Al-Khumaini dan aqidah kaum sufi : At-Tijaani, Alwi Al-Maaliki, Habib Al-Jufri, dan Habib Munzir)

Sungguh kita menemukan permusuhan yang sangat sengit dari kaum syi'ah dan aswaja imitasi (baca : sufi) terhadap aswaja asli (baca : salafy atau yang dinamakan oleh kaum sufi sebagai wahabi). Seakan-akan musuh mereka hanyalah kaum wahabi. Ada apa gerangan antara Syi'ah dan Aswaja, kenapa sama-sama bersepakat memusuhi kaum wahabi..??!!

Rahasianya adalah adanya kesamaan antara dua kelompok ini, terutama dalam peribadatan kepada penghuni kuburan dan para wali !!!

Tidak heran jika SYI'AH & ASWAJA SUFI :

-         Sama-sama hobi meninggikan kuburan…??!!

-         Sama-sama hobi beribadah di kuburan…??!!

-         Sama-sama hobi meminta dan beristighotsah kepada penghuni kuburan..??!!

-         Sama-sama hobi mencari barokah dari pasir yang ada dikuburan para wali??

-         Sama-sama berlindung dibalik topeng "cinta kepada Ahlul Bait…", atau "Demi menghormati Ahlul Bait", seakan-akan kecintaan kepada Ahlul Bait dan kesyirikan adalah dua perkara yang saling melazimkan !!!

Entah…apakah kaum aswaja sufi yang ikut-ikutan taqlid buta kepada kaum syi'ah??, ataukah sebaliknya??!!

Seharusnya kepanjangan ASWAJA (Ahlus Sunnah…. = Pelaku sunnah….) menunjukkan tidak mungkinnya bersatu atau bersepakat antara Aswaja dan Syi'ah, karena syi'ah adalah lawan dari sunnah. Akan tetapi kenyataan yang terjadi justru Aswaja dekat dengan Syi'ah dan sama-sama memusuhi wahabi. Rahasianya… karena Aswaja ternyata tidak menjalankan sunnah-sunnah Nabi, bahkan ibadah-ibadah yang mereka lakukan adalah kreasi-kreasi ibadah yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya.

Bukankah sunnah adalah perkara-perkara yang disandarkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam?, lantas kenapa Aswaja doyan mepraktekan kreasi-kreasi ibadah yang sama sekali tidak pernah dikerjakan oleh Nabi??...Bahkan aswaja menjadikan ibadah-ibadah hasil kreasi tersebut sebagai tolak ukur kecintaan kepada Nabi??, bahkan memusuhi orang-orang yang berpegang teguh dan tidak mau beribadah kecuali dengan sunnah Nabi??!!

Karenanya bagaimana mungkin aswaja bisa membantah syi'ah jika mereka sendiri menjauhkan diri dari sunnah??!!

Terlebih lagi ternyata…..kesyirikan yang diperjuangkan oleh kaum syi'ah sama dengan kesyirikan yang diperjuangkan oleh sebagian kaum aswaja sufiyah.



KESYIRIKAN MENURUT AL-KHUMAINI…

Kesyirikan adalah menyerahkan ibadah kepada selain Allah (Silahkan kembali baca http://www.firanda.com/index.php/artikel/bantahan/128-bantahan-terhadap-abu-salafy-seri-7-qperkataan-abu-salafy-berdoa-kepada-selain-allah-tidak-mengapa-selama-tidak-syirik-dalam-tauhid-rububiyahq, juga tentang hakekat kesyirikan kafir Quraisy di http://www.firanda.com/index.php/artikel/bantahan/126-bantahan-terhadap-abu-salafy-seri-5-hakikat-kesyirikan-kaum-muysrikin-arab)    

Adapun Kesyirikan menurut Al-Khumaini hanyalah jika seseorang meyakini adanya Rob (Tuhan/Pencipta) selain Allah, adapun jika seseorang sujud dan berdoa kepada makhluk –selama tanpa disertai keyakinan bahwa makhluk tersebut adalah Rob Pencipta- maka hal ini bukanlah kesyirikan !!!

Atas dasar definisi kesyirikan ala Al-Khumaini ini maka melazimkan bahwa kaum musyrikin Quraisy dahulu tidaklah terjatuh dalam kesyirikan, karena mereka mengakui bahwasanya Pencipta hanya satu yaitu Allah. (lihat kembali http://www.firanda.com/index.php/artikel/bantahan/82-persangkaan-abu-salafy-al-majhuul-bahwasanya-kaum-musyrikin-arab-tidak-mengakui-rububiyyah-allah)



Perhatikanlah pernyataan-pernyataan Al-Khumaini berikut ini :



PERTAMA : Meminta kepada makhluk bukanlah kesyirikan selama meyakini bahwa makhluk tersebut bukanlah Tuhan Pencipta, akan tetapi telah diberi kekuatan oleh Allah

"Karenanya jika seseorang meminta kepada seseorang selain Allah suatu amal yang penting baik amalan kecil dengan menjadikan orang tersebut sebagai Rob maka ia adalah seorang musyrik berdasarkan hukum akal dan Al-Qur'an. Adapaun jika ia meminta kepadanya dengan dasar bahwa Rob Pencipta alam telah memberikan kepadanya kekuatan dan ia butuh kepada Allah serta tidak independent dalam amalan ini maka ini bukanlah amal ketuhanan, dan meminta dipenuhinya hajat darinya tatkala itu bukanlah keysirikan" (Kasyful Asroor hal 54-55)



KEDUA : Meminta kepada mayat bukanlah kesyirikan. Bahkan meminta kepada BATU bukanlah kesyirikan!!!

Al-Khumainy berkata :

"Bisa jadi dikatakan bahwasanya kesyirikan adalah meminta mayat-mayat untuk menunaikan hajat, karena mayat tidak memberi manfaat dan mudhorot, baik mayat seorang nabi maupun seorang imam, karena mayat-mayat seperti benda-benda mati.

Jawaban atas persangkaan ini :

Pertama : Kalian tidak menjelaskan kepada kami makna kesyirikan dan kekufuran hingga kalian menganggap semua yang kami inginkan merupakan kesyirikan–berdasarkan pendapat kalian-. Dan setelah jelas bahwasanya kesyirikan adalah meminta sesuatu kepada seseorang selain Allah atas dasar ia adalah Rob (Tuhan/Pencipta), adapun selain ini maka bukanlah kesyirikan. Tidak ada perbedaan dalam hal ini antara yang hidup dan yang mati. Bahkan meminta dipenuhi hajat dari batu dan tanah maka bukanlah kesyirikan, meskipun hal ini adalah perbuatan yang sia-sia dan batil" (Kasyful Asroor hal 56)

Subhaanallah…meminta kepada batu bukanlah kesyirikan ?? inilah hakekat agama syi'ah !!!



KETIGA : Ruh seseorang setelah mati maka semakin hebat dan semakin diberi kekuatan oleh Allah dan semakin tinggi kedudukannya.

Al-Khumaini berkata "

"Kami meminta bantuan dari ruh-ruh para nabi dan ruh-ruh para imam yang suci yang telah dianugerahi qudroh (kemampuan/kekuatan) oleh Allah. Dan telah ditetapkan dengan dalil-dalil yang qot'i (pasti) serta dalil-dalil akal yang jelas dalam falsafat yang tinggi bahwasanya ruh itu tetap ada setelah kematian dan kemampuan ruh-ruh untuk meliputi alam ini secara sempurna setelah kematian lebih tinggi. Dan para ahli filsafat meyakini mustahil rusaknya ruh, dan hal ini merupakan perkara filsafat yang –sejak awal munculnya filsafat- jelas diterima oleh para ulama serta para pembesar ahli filsafat sebelum Islam dan sesudah Islam. Kemudian perkara ini jelas diterima oleh seluruh agama, baik kaum yahudi, kaum nasrani, maupun kaum muslimin, dan mereka menganggap perkara ini merupakan doruuri dan badihi (perkara pokok/mendasar/yang harus ada) dalam agama mereka" (Kasyful Asroor hal 56)

Lihatlah bagaimana aqidah Khumaini, untuk melegalkan kesyirikan meminta kepada mayat-mayat. Justru ia meyakini bahwa setelah kematian mayat-mayat lebih hebat karena telah diberi kemampuan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia, bahkan untuk meliputi alam secara sempurna???

Dalilnya apa ..??!! tidak satu ayatpun…apalagi hadits…, yang ada hanyalah keyakinan kaum ahli filsafat yunani yang tidak beragama, bukan yahudi dan juga bukan nasoro. Itulah landasan pijakan Khumaini !!!

Bandingkanlah aqidah Al-Khumaini ini dengan aqidah kaum sufi. Dimana sebagian kaum sufi melegalkan untuk berdoa kepada wali (bahkan kepada wali yang sudah meninggal) dengan dalih bahwasanya wali telah diberi kekuasaan dengan izin Allah. Seorang tokoh sufi besar yang bernama At-Tijaani memperkuat keyakinan ini.  Berkata penulis kitab Jawaahirul Ma'aani fi Faydi Sayyidi Abil 'Abaas At-Tiijaani (Ali Al-Faasi) :

Adapun perkataan penanya : Apa makna perkataan Syaikh Abdul Qodir Al-Jailaani radhiallahu 'anhu : "Dan perintahku dengan perintah Allah, jika aku berkata kun (jadi) makan  (yakun) terjadilah" …dan juga perkataan sebagian mereka : "Wahai angin tenanglah terhadap mereka dengan izinku" dan perkataan-perkataan para pembesar yang lain radhiallahu 'anhum yang semisal ini, maka berkata (At-Tijaani) radhiallahu 'anhu : "Maknanya adalah Allah memberikan kepada mereka Khilaafah Al-'Udzma (kerajaan besar) dan Allah menjadikan mereka khalifah atas kerajaan Allah dengan penyerahan kekuasaan secara umum, agar mereka bisa melakukan di kerajaan Allah apa saja yang mereka kehendaki. Dan Allah memberikan mereka kuasa kalimat "kun", kapan saja mereka berkata kepada sesuatu "kun" (jadilah) maka terjadilah tatkala itu" (Jawaahirul Ma'aani wa Buluug Al-Amaani 2/62)
Hal ini juga dikatakan oleh tojoh sufi zaman kita yang bernama Habib Ali Al-Jufri, ia berkata bahwasanya wali bisa menciptakan bayi di rahim seorang wanita tanpa seorang ayah dengan izin Allah (silahkan lihat http://www.youtube.com/watch?v=kDPMBJ7kvfI)

Bandingkan pula aqidah Al-Khumaini ini dengan tokoh sufi zaman sekarang yang sangat digandrungi oleh aswaja Indonesia. Yaitu Muhammad Alwi Al-Maliki, ia berkata di kitabnya mafaahiim yajibu an tushohhah :

فَالْمُتَصَرِّفُ فِي الْكَوْنِ هُوَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَلاَ يَمْلِكُ أَحَدٌ شَيْئاً إِلاَّ إِذَا مَلَّكَهُ اللهُ ذَلِكَ وَأَذِنَ لَهُ فِي التَّصَرُّفِ فِيْهِ

"Maka yang mengatur di alam semeseta adalah Allah subhaanahu wa ta'aala, dan tidak seorangpun memiliki sesuatupun kecuali jika Allah menjadikannya memilikinya dan mengizinkannya untuk mengaturnya"
Ia juga berkata tentang kondisi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam setelah wafatnya Nabi :

فَإِنَّهُ حَيِّيُ الدَّارَيْنِ دَائِمُ الْعِنَايَةِ بِأُمَّتِهِ، مُتَصَرِّفٌ بِإِذْنِ اللهِ فِي شُؤُوْنِهَا خَبِيْرٌ بِأَحْوَالِهَا

"Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hidup di dunia dan akhirat, senantiasa memperhatikan umatnya, mengatur urusan umatnya dengan izin Allah dan mengetahui keadaan umatnya"

Bandingkan pula aqidah Al-Khumaini dengan perkataan Habib Munzir berikut ini :

"Istighatsah adalah memanggil nama seseorang untuk meminta pertolongannya, untuk sebagian kelompok muslimin hal ini langsung di vonis syirik, namun vonis mereka itu hanyalah karena kedangkalan pemahamannya terhadap syariah islam, pada hakekatnya memanggil nama seseorang untuk meminta pertolongannya adalah hal yg diperbolehkan selama ia seorang Muslim, Mukmin, Shalih dan diyakini mempunyai manzilah di sisi Allah swt, tak pula terikat ia masih hidup atau telah wafat, karena bila seseorang mengatakan ada perbedaan dalam kehidupan dan kematian atas manfaat dan mudharrat maka justru dirisaukan ia dalam kemusyrikan yang nyata, karena seluruh manfaat dan mudharrat berasal dari Allah swt, maka kehidupan dan kematian tak bisa membuat batas dari manfaat dan mudharrat kecuali dengan izin Allah swt, ketika seseorang berkata bahwa orang mati tak bisa memberi manfaat, dan orang hidup bisa memberi manfaat, maka ia dirisaukan telah jatuh dalam kekufuran karena menganggap kehidupan adalah sumber manfaat dan kematian adalah mustahilnya manfaat, padahal manfaat dan mudharrat itu dari Allah, dan kekuasaan Allah tidak bisa dibatasi dengan kehidupan atau kematian" (Kenalilah Aqidahmu 2 hal 75-76)



KEEMPAT : Meminta kesembuhan dari tanah bukanlah kesyirikan

Al-Khumaini berkata :

"Diantara pertanyaan mereka adalah, apakah meminta kesembuhan dari tanah merupakan keysirikan atau tidak?

Jawabannya telah jelas setelah memperhatikan makna syirik. Kesyirikan –sebagaimana yang kalian ketahui- adalah keyakinan bahwasanya seseorang adalah Rob (Tuhan/Pencipta) atau ia diibadahi atas dasar ia adalah Rob, atau meminta dipenuhinya hajat kepada seseorang atas dasar keyakinan bahwa ia independent dalam memberikan pengaruh…

Jika seseorang meminta kesembuhan dari tanah atau dari apapun dengan dasar ia adalah Rob atau Syarikat Allah atau Rob lain yang berlawanan dengan Allah yang independent dalam memberi pengaruh atau atas dasar keyakinan bahwasanya penghuni kuburan adalah Rob maka ini merupakan kesyirikan, bahkan kegilaan. Adapun jika karena meyakini bahwasanya Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan telah menjadikan kesembuhan pada semangkuk pasir untuk memuliakan orang yang mati syahid yang telah mengorbankan kehidupannya untuk di jalan Allah, maka hal ini sama sekali tidak melazimkan adanya kesyirikan dan kekufuran" (Kasyful Asroor hal 65)



Karenanya kita tidak heran jika melihat kaum syi'ah berebutan mengambil pasir yang ada di kuburan ahlul bait di Baqii' di kota Madinah.

Khumaini berdalil sesukanya…, tidak ada seorangpun yang meragukan kekuasaan Allah. Jangankan pasir…bahkan jika Allah berkehendak tentunya Allah mampu menjadikan apapun sebagai obat –bahkan kotoran-!!. Akan tetapi mana dalilnya…?, mana ayatnya…?, mana haditsnya…?, mana amal perbuatan/perkataan sahabat…?, mana perbuatan tabi'in…?, mana perbuatan/perkataan 4 imam madzhab…?, yang menunjukkan bahwa Allah telah menjadikan pasir di kuburan orang sholeh sebagai obat??

Ternyata : aqidah ini juga tersebar di kalangan sebagian aswaja yang berebut-rebutan mengambili pasir dari kuburan Gus….!!!!



KELIMA : Aqidah Syia'h : meminta syafaat kepada mayat

Al-Khumaini berkata :

"Meminta syafaat kepada mayat adalah kesyirikan"

Jawabannya sebagaimana telah lalu secara terperinci bahwasanya para pemberi syafaat setelah meninggalkan dunia ini mereka bukanlah mayat. Bahkan –sebagaimana telah kami jelaskan- akan hidupnya ruh-ruh mereka dan abadinya ruh-ruh tersebut di alam serta meliputinya ruh-ruh tersebut terhadap alam ini merupakan perkara yang jelas diterima dalam filsafat kuno dan filsafat eropa ar-ruhiyah.

Kalaulah seandainya Nabi dan Imam setelah meninggal menjadi kayu dan batu dan benda mati lainnya –sebagaimana ungkapan mereka (*yaitu kaum wahabi)-, maka lantas kenapa meminta syafaat menjadi kesyirikan?, paling parah ini hanyalah merupakan perbuatan yang tidak ada faedahnya" (Kasyful Asroor hal 93)

Perhatikanlah para pembaca, Al-Khumaini menegaskan kembali bahwasanya meminta syafaat kepada kayu, batu, dan benda-benda mati bukanlah kesyirikan, akan tetapi hanya sekedar perbuatan yang tidak berfaedah. Hanya menjadi kesyirikan menurut Al-Khumaini jika meyakini bahwa batu tersebut adalah Rob/pencipta.

Dari pernyataan Al-Khumaini ini jelas bagi kita bahwa meminta syafaat kepada mayat merupakan aqidah orang syi'ah…. Ternyata aqidah ini sangat laris di kalangan kaum sufi !!!



KEENAM : Berdoa kepada Nabi atau Imam agar Allah mengampuni dosa merupakan aqidah Syi'ah

Al-Khumaini berkata ;

"Jawabannya, sesungguhnya syafaat bukanlah amalan ilahiyah (ketuhanan), karena pada hakekatnya adalah berdoa kepada Nabi dan Imam agar Allah mengampuni dosa orang ini. Dan ini adalah perbuatan seorang hamba dan bukan perbuatan Allah" (Kasyful Asroor hal 93).


Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 21-03-1433 H / 13 Februari 2011 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com